KOSMOLOGI
DALAM SERAT DEWA RUCI
|
Add caption |
Disusun Oleh :
Nama
: Riska Wahyu Putri
Kelas : PBD A 2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH (JAWA)
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017/2018
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Daftar
Isi
Kata
Pengantar
Bab
I : Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Metode
1.5
Kerangka Teori
Bab
II : Pembahasan
2.1
Ringkasan Serat Dewa Ruci
2.2
Budaya Jawa dalam serat Dewa Ruci
2.3
Kosmologi dalam Serat Dewa Ruci
Bab
III : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar
Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya dan
pembaca, semoga untuk ke depannya saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Yogyakarta
, 09 Januari 2018
Riska
Wahyu Putri
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suku Jawa adalah salah satu kelompok masyarakat yang
terbesar di Kepulauan Indonesia , akibat dari jumlahnya yang banyak ini
terdapat beragam kebudayaan , tradisi , adat-istiadat , dan karya-karya Sastra.
Terdapat banyak sastrawan yang
menghasilkan karya sastra , dan di dalam karya sastra tersebut memuat banyak
sekali piwulang atau ajaran yang bisa dipetik untuk dipelajari dan
diterapkan di dalam kehidupan modern sekarang ini. Selain itu ,
masyarakat Jawa sejak zaman dahulu sudah sangat akrab
dengan lingkungan alam sekitar, sebelum adanya kepercayaan Hindu dan Buddha
masuk ke dalam daerah Jawa , masyarakatnya menganut system kepercayaan Animisme
dan Dinamisme , kepercayaan tersebut memusatkan terhadap roh-roh , dan
benda-benda yang ada disekelilingnya . Seperti tradisi dalam menentukkan waktu
yang tepat untuk bercocok tanam , hingga waktu yang tepat untuk pernikahan
dapat dilihat dari fenomena –fenomena alam .
Karya sastra Jawa merupakan salah satu media yang
digunakan untuk memproyeksikan pemikiran dari pengarang , sekaligus sebagai
gambaran seperti apa keadaan lingkungan dan social masyarakat Jawa pada saat
diciptakannya karya sastra tersebut . Karya-karya sastra tersebut bias berguna
untuk kita yang hidup di Jaman sekarang ini , kandungan cerita dan makna serta
ajaran-ajaran yang terdapat dalam karya sastra dapat kita pelajari dan kita
telaah lebih dalam lagi untuk dapat memahami dan mengambil sisi positif ,
sehingga bisa dijadikan bahan untuk hidup di jaman sekarang .
Dalam makalah yang saya susun ini , saya akan membahas
tentang Kosmologi yang terdapat di dalam salah satu karya sastra Jawa , yaitu
di dalam serat Dewa Ruci karangan R.NG.Yasadipura I.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa isi dari teks “Serat Dewa Ruci”?
b. Budaya Jawa apa yang terkandung di dalam Serat Dewa Ruci?
c. Kosmologi Jawa apa yang terdapat di dalam Serat Dewa Ruci?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui isi dari Serat Dewa Ruci.
b. Untuk mengetahui budaya-budaya jawa yang terdapat di
dalam serat Dewa Ruci.
c. Untuk mengetahui Kosmologi
Jawa dalam serat Dewa Ruci..
1.4 Metode Penelitian
Metode Deskriptif .
Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang luas
(Sugiyono).
Metode
mendiskripsikan isi sebuah Serat Jawa yang berjudul “Dewa Ruci” .
1.5
Kerangka Teori
Kosmologi merupakan
penyelidikan terhadap jagad raya fisik (Katsoff:231).Alam dalam arti yang luas
adalah hal-hal yang dapat kita serap dengan panca indera yang berada di sekitar
kita. “Alam” juga dapat digunakan untuk menunjuk
objek-objek yang terdapat dalam ruang dan waktu. Banyak sekali pandangan-pandangan ahli dalam
membahas mengenai alam, penjelasannya seperti di bawah ini :
a. Pandangan Yunani mengenai Alam.
Tokoh-tokoh
Yunani yang membahas tentang alam yaitu :
1.
Thales ( ±630-546SM),
2.
Anaximander (Pertengahan abad ke-6 SM)
3.
Anaximanes (± 550 SM),
4.
Penganut pythagoreanisme (Abad ke-5 SM)
5.
Plato
(±427-374 SM)
6.
Aristoteles ( 348-322 SM).
Thales,merupakan filsuf
Yunani tertua yang berpendirian bahwa apa saja yang ada tersusun di air,
menaruh keyakina bahwa alam kodrat merupakan secamam makhluk hidup, seperti
halnya hewan, “Mempunyai Jiwa”.
Anaximander
memandang substansi terdalam sebagai sesuatu yang ia namakan ketakterbatasan. Anaximenes mengatakan bahwa substansi
ialah udara, dan menngkaitkannya dengan
Tuhan. Unsur-unsur yang kita kenal seperti api, angin, air, awan, dan batu
sesungguhnya merupakan akibat proses perenggangan dan perapatan yang saling berlawanan.
Dalam bidang Kosmologi , Anaximenes menyampaikan suatu masalah yang hendak
dipecahkan , tetapi berubah menjadi bukan masalah lagi , seperti
pertanyaan : “Apakah yang merupakan
bahan
penyusun segala sesuatu?”, melainkan
“Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan pada substansi
terdalam?”.
Akibat
adanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu , lahirlah sebuah teori Perubahan ,
yaitu prinsip Perenggangan-perapatan . Para Filsuf Ionia memahami alam sebagai
“Keanekargaman tempat-tepat di dalam
kerangka materi prima yang sejenis, yang dikaitkan dengan Ilahi.”.
Pythagoras dan Masalah Angka
Pythagoras menambahkan unsure-unsur penting
di dalam perenunga filsafatnya mengenai alam , Phytagoras menjelaskan mengapa
terdapat perbedaan-perbedaan kualitatid di dunia ini , menurutnya perbedaan itu
akibat dari perbedaan struktur geometric .
Plato dan Aristoteles
Masalah Kosmologi yang dibahas oleh Plato
berkisar pada masalah terciptanya dunia
beserta susunannya.Plato menyebut pemeran utama dalam penciptaan ala mini
dengan sebuatn Demiurgos. Istilah
tersebut berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘pekerja’, seseorang yang menyerupai tukang kayu. Plato memahamkan
dunia kita sebagai sesuatu yang terbetuknya mirip sekali degan cara ketika
seseorang tukang kayu memberi bentuk meja yang dibuatnya. Begitu pula dengan
Demiurgos mencipta dunia menurut suatu bentuk tertentu. Dalam hubungannya dalam
masalah ciptaan ini, bentuk-bentuk bersifat abadi.
BENTUK_BENTUK.
Merupakan salah satu diantara unsur-unsur terdalam yang menyebabkan terciptanya
dunia.Bentuk yang dimiliki oleh barang-barang tersebut merupakan barang-barang
yang bersangkutan . Bentuk inilah yang mengakibatkan barang indah bersifat
indah , seperti bentuk bagi meja ,yaitu keseluruhan sifat-sifat sebagai meja ,
dan bentuk yang demikian itu menyebabkan sebuah meja berupa meja. Bentuk-bentuk
yang seperti merupakan pola-pola abadi bagi
apa saja yang ada yang sama-sama bersifat abadi.
RUANG.
Dunia ini tidak hanya tercipta dari
bentu-bentuk belaka , Demiurgos
melakukan penciptaan kedalam sesuatu yang sama-sama ada tetapi tidak mempunyai bentuk, yang kemudian disebut
dengan Wadah. Menurut Plato Wadah merupakan
istilah lain dari Ruang. Pada
dasarnya dunia ini terbuat dari Ruang dan Bentuk yang dipersatukan oleh Demiurgos.Oleh karena itu , dengan jalan
mengatur ruang sesuai dengan bangun-bangun dan kapasitas-kapasitas ilmu ukur , Demiurgos pertama-tamamembuat tanah ,
udara ,api , dan air.
Metafisika
Aristoteles.
Menurut Aristoteles, kenyataan yang sebenarnya
adalah berupa satuan-satuan yang kongkret satu demi atu yang kita kenal di
dunia ini. Kosmologi Aristoteles tidak membahas masalah penciptaan, melainkan
memberikan gambaran mengenai apakah yang dinamakan kenyataan.
Substansi .
Hal-hal yag bersifat nyata dan yang sungguh-sungguh bereksistensi, oleh
Aristoteles dinamakan ‘substansi’. Bagi Aristoteles, bentuk tidak dapat
dipisahkan dari materi. Seperti dapat dilihat dari contoh kasus , sebuah meja merupakan materi yang berbentuk,
dan bukannya bentuk yang dilekatkan pada sebuah materi. Tetapi hendaknya
diingat bahwa bentuk tidak pernah ada tanpa materi. Karena bentuk merupakan
sesuatu yang secara tetap terdapat dalam hal-hal yang kongkret satu demi satu,
berarti materilah yang merupakan unsur perubahan dari segala sesuatu.
Alam
sebagai Prinsip. istilah ‘alam’ menurut Aristoteles menunjuk
kepada prinsip pertumbuhan dan gerakan yang terdapat dalam segala hal,Sehingga
disimpulkan bahwa alam kodrat merupakan semacam makhluk hidup yang bercirikan
gerakan yang semerta-merta (spontaneous). Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam alam kodrat pada dasarnya bersifat teologid (berarah tujuan). Yang
menjadi ciri khas alam kodrat bukanlah keadaannya yang tetap, melainkan
gerakan. Alam kodrat mengalami perubahan dan pertumbuhan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa alam kodrat terkena hokum perkembangan dan bukanlah sekedar
hasil proses mekanis.
Ø Pandangan Mengenai Alam pada Masa Renaissance
Pada masa ini Alam dipandang memiliki sifat Mekanik.Tokoh-tokohnya:
a. Copernicus
(1473-1543).
b. Bruno
(1458-1600)
c. Kepler
(1571-1630)
d. Galileo
(1564-1641),
e. Newton
(1642-1727).
Mereka
adalah tokoh peralihan pandangan teologis alam ke pandangan modern.Dengan
menetapkan berlakunya teori Heliosentris (teori bahwa matahari merupakan pusat
gerakan planit-planit),
Ø Pandangan Eddington tentang Alam
Tokohnya adalah Sir Arthur Eddington .Unsur-Unsur
Penyusunan Alam. Pandangan mengenai alam yang dianut oleh Eddington, yang
dikemukakan dala bukunya The Nature of the Physical World, dapat dilihat dalam
contoh anda berjalan-jalan di sebuah pedesaan dan melihat seekor gajah
tegelincir dari lereng bukit. Jika anda seorang yang berpikir secara umum, anda
kiranya segera dapat membedakan antara apa yag anda lihat dan apa yang menuut
anda tejadi. Karena itu anda akan mudah dapat menyadari bahwa dunia ini
sekurang-kurangnya berisikan dua macam unsure penyusun : (a) gambaran pikiran
dalam akal kita; dan (b) pasangannya dalam dunia lahiriah. Bila anda kebetulan
seorang ahli fisika, maka gajah terebut akan anda pandang sebagai massa, yang
katakanlah seberat dua ton. Sedangkan lereng bukit adalah bidang miring.
Andapun akan menyadari bahwa massa , kemiringn bdang, erta kuantitas-kuantitas
yang lain dapat diperhitungkan. Yang terakhir inilah yang kemudian oleh
Eddington dipandang sebagai unsure penyusun ketiga dari dunia (c) seperangkat pointer-readings, artinya
kuantitas-kuantitas yang diukur, oleh
ilmu diselidiki dan dihubungkan dengan kuantitas-kuantitas yang diukur lainnya.
POINTER-READINGS.
Memperhatikan sebuah atom. Bagi seorang ahi
fisika, atom tidak lebih dan kurang ialah sekelompok pointer-readings. Dan
dengan demikian merupakan abstraksi belaka dari barang sesuatu yang
mendasarinya yang mempunyai segi-segi yang bersifat kuantitatif dan dapat
diukur. Segi-segi ini digambarkan dengan symbol-simbol tersebut.
SIMBOL
SUDAH MENGGAMBARKAN AKAL. Symbol mengharuskan adanya akan untuk
membentuknya serta menggunakannya. Misalnya symbol untuk materi. Isitilah
materi dapat (1) didefinisikan dalam hubungannya dengan apa yang ia ketahui.
Menurut Eddington materi haruslah tersusun atas bahan yang bersifat akal
(mind-stuff) dan dengan demikian bersifat kesinambungan dengan kesadaran,
meskipun tidak seepenuhnya sama. Dengan demikian pandangan Eddington berakhir
dengan suatu pendirian idealistic.
Ø Monisme Netral Ajaran Russel.
Tokoh : Betrand
Russell merupakan filsuf terkemuka. Karyanya di bidang logika simbolis. Menurut
Russell, dunia ini tersusun dari kejadian-kejadian. Kejadian adalah sesuatu
yang menempati sebagian kecil ruang waktu yang berhingga. Ia menganggap perlu
menggambaran kejadian kejadian sebagai unsure-unsur penyusun terdalam dari
segala sesuatu, bukannya sejenis substansi. Kenyataan bukan lagi dipandang
sebagai sesuatu yang tersusun dari sejenis bahan disebut substansi, melainkan
sebagai sesuatu proses kejadian-kejadian. Pendirian Russell merupakan usaha
menyesuaikan diri dengan pendirian yang lambat laun hendak menghapuskan ajaran
fisika lama yang didasarkan atas pengertian benda padat terdalam dan yang
hendak menggantikannyadengan pointer-readings. Hasilnya ialah ajaran yang
mengatakan bahwa yang terdalam ialah kejadian-kejadian.
Menurut
Russell, kejadian-kejadian terkecil (minimal events). Kejadian-kejadian kecil
ini sebanding dengan apa yang dahulu dinamakan benda padat terdalam. Kejadian-kejadian terkecil bergabung bersama
dan membentuk macam-macam kejadian yang lebih rumit. Dalam kenyataan yang
sebenarnya, kejadian-kejadian tekecil terdapat secara berkelompok di dalam
suatu jajaran yang teratur. Secara demikian suatu titik dalam ruang dipandang
sebagai suatu susunan kejadian kejadian terkecil yaitu sebagai suatu susunan
peristiwa-peristiwa yang terpancar dari suatu titik pusat.
Argumen
Kosmologis
Isi sentral yang
terkandung dalam Kosmologis adalah adanya rangkaian hokum sebab-akibat pada
alam semesta yang harus berakhir pada sebab pertama yang disebut Tuhan.
Allah menggerakkan
diri sendiri , sedangkan alam semesta mempuntai gerak yang diberikan kepadanya .Allah
kekal , sedangkan alam semesta memiliki awal dalam waku . (Zaprulkhan :100).
Argumen kosmologis
pertama kali digulirkan oleh Aristoteles yang mengidentifikasikan Tuhan adalah
sang penggerak yang tidak digerakkan. Ada Hierarkie kesempurnaan yang menjelma
pada wajah alam semesta ini mengimplikasikan
adanya kesempurnaan yang paling tinggi melampaui segalanya , segala hal yang
ada di alam semesta ini ternyata bertingkat-tingkat . (Zaprulkhan :105)
Prinsip-prinsip
pengklasifikasian di dalam Kosmologi
a.
Idealisme
Alam semesta adalah suatu loyalitas yang
bergerak hidup dan dikendalikan oleh person .
b.
Materialisme
Menggunakan objek-bjek material atau
natural sebagai metaphor kenyataan yang sesungguhnya , sehingga semua
penampakan direduksikan pada materi atau alam.
c.
Dualisme
Alam semesta tidak bias direduksi hanya
pada unsure-unsur material saja . Kedua unsure merupakan kenyataan sejati ya g
tidak dapat dibantah keberadaannya.
KOSMOLOGI JAWA
Orang Jawa tidak pernah hidup lepas dari
lingkungan dan alam sekitarna , kurangnya pengetahuan , teknologi , organisasi
terhadap alam membuat orang Jawa zaman dulu memandang alam sebagai
kenyataan yang serba dahsyat ,tak
terjangkau , dan menguasai manusia. Pandangan orang Jawa dulu terhadap alam
membentuk suatu kebudayaan Jawa yang tercermin dalam kepercayaan , ilmu ,
symbol,mitos, sejarah , seni , bahasa , dan sastra.( Janmo Dumadi : 23).
Alam pikiran orang Jawa merumuskan
kehidupan manusia berada dalam dua kosmos
(Alam), yaitu mikrokosmos dan makrokosmos. Makrokosmos adalah pandangan hidup terhadap alam semesta yang
mengandung kekuatan supranatural dan penuh dengan hal-hal yang misterius . Mikrokosmos adalah sikap dan pandangan
hidup terhadap dunia nyata. Dalam Makrokosmos pusat alam semesta adalah
Tuhan, sedangkan Mikrokosmos adalah
sikap dan pandangan terhadap dunia nyata tercermin pada kehidupan manusia
dengan lingkungannya , susunan manusia dalam asyarakat , tata kehidupan
masyarakat sehari-hari dan segala sesuatu yang Nampak oleh mata . Bagi orang jawa , pusat mikrokosmos adalah
Raja , sedangkan Tuhan pusan Makrokosmos.
Keraton adalah pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja , karena
raja merupakan sumber kekuatan
-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah
dan membawa ketentraman , keadilan , dan kesuburan . ( Janmo Dumadi :32)
Kosmologi
Jawa
selalu mempertimbangkan nilai dan pentingnya siklus alam bagi kehidupan manusia
. Dalam Kosmologi Jawa , manusia
selalu berhubungan dengan pelbagai peristiwa melalui perhitungan angka-angka
tertentu yang didasarkan pada hari , tanggal , jam , pasaran , kemitan ,arah ,
minggu ,bulan atau bahkan tahun yang biasanya disebut dengan petungan ,
Contoh :
1. Ketika
orang Jawa mengadakan slametan ,maka waktunya harus ditetapkan berdasarkan
petungan atau system numerologi.
2. Slametan Kelahiran ,waktunya
ditetapkan menurut peristiwa kelahiran.
3. Slametan kematian , ditetapkan
menurut peristiwa kematian itu , manusia menganggap bahwa peristiwa kematian
bukanlah peristiwa kebetulan , tetapi sebuah ketetapan dari Tuhan.
4. Dll.
Penuturan tentang penciptaan dunia (Kosmogoni) dan gambaran tentang dunia
(Kosmologi ) (CiptoPrawira :24).
Kosmologi Jawa adalah wawasan manusia Jawa
terhadap alam semesta . Menurut Kosmologi Jawa , alam kosmis ini didasari oleh
4 arah mata angin ditambah pusat . Kadang papat lima pancer ini meliputi kawah , getih , puser, adi ari arid an pancer adalag ego atau manusia itu
sendiri.
Anasir manusia yang digambarkan dalam
kosmologi jawa adalah Angin , air ,tanah , dan Api .
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Ringkasan Teks “Serat Dewa Ruci”
Serat Dewa Ruci ini , sebuah serat yang
ceritanya diceritakan dalam bentuk kidung-kidung , terdapat kidung Dhandhanggula ,Pangkur ,Sinom , Durma, Kinanthi
.
Ringkasan
Cerita
Pembukaan cerita
Arya Sena atau
Werkudara berguru kepada Dhang Hyang Druna, ia diberikan tugas oleh gurunya
untuk mencari air yang dapat menyucikan badannya . Lalu Werkudara pula ke
Negara Ngamarta memberikan kabar kepada
saudara-saudaranya , para saudaranya kaget dan bersedih hati mendengar kabar
dari Sena , para saudara tidak memberikan izin kepada Werkudara karena dinilai
itu akan membahayakannya , tetapi Werkudara yakin dengan keputusannya untuk
pergi mencari air suci itu , saudara-saudaranya meyakini itu adalah tipu
muslihat dari Bala Kurawa untuk memusnahkan Pandawa.
Petunjuk yang
diberikan Druna adalah letak air suci tersebut berada di dalam Hutan Tribasara dibawah GandaWedana , diGunung Candramuka, di
gunung-gunung di dalam gua disitulah leak air suci sesungguhnya . Air Suci yang
akan membawa Werkudara kedalam Kasampurnaning
Urip , yang bias membuat Werkudara menonjol disbanding makhluk yang lain ,
dilindungi oleh Ayah Ibunya , berada di alam triloka yang kekal.
Dalam perjalanannya menuju air suci ,
Sena diikuti oleh petir dan Badai . Setelah sampai di Gua Candradimuka ,
bebatuan disingkirkan , dengan sungguh-sungguh ia mencari air , tetapi airnya
tidak ditemukan.Di dalam gua tersebut dijaga oleh 2 Raksasa yang bernama
Rukmaka dan Rukmakala , kedua raksasa tersebut terkejut mendengar suara ,
kegoncangan gunung , rusaknya gua , terdengar badai dan Petir yang riuh , dan
mencium bau manusia lalu raksasa tersebut menggeram dengan sangat mengerikan
lalu ia melihat ada Sena , kedua raksasa
tersebut menyerang Werkudara dari berbagai sisi , tetapi Werkudara merupakan
manusia yang sakti sehingga tidak terjadi apa-apa pada Werkudara , kedua
Raaksasa itu di banting oleh Werkudara karena ia tidak tahan dengan bau raksasa
yang anyir dan bacin . Raksasa Rumaka dan Rukmakala tewas , dan kembali ke
wujud semula yaitu dua orang Dewa yang terkena kutukan , mereka adalah Endra
dan Bayu yang dimarahi oleh Hyang Pramesthi.
Hyang Endra dan Hyang Bayu ternyata mereka tahu bahwa kedatangan Sena
Karen ditugaskan oleh Druna untuk mencari air suci , lalu dijelaskanlah oleh
kedua raksasa tersebut bahwa ditempat itu tidak terdapat air suci . Air suci
itu memang ada tetapi tempatnya bukanlah disana.
Werkudara kembali pulang ke Negara
Ngastina , Druna memberitahu Werkudara bahwa sesungguhnya ia sedang diuji ,
karena letak air sesunggunya ada di dasar Samudra .
Werkudara kembali ke Ngamarta memberikan kabar lagi
kepada para saudaranya bahwa ia akan pergi ke dasar Samudra , di dasar Samudra
Werkudara bertemu dengan seekor Naga yang menghalangi perjalannya , tubuh
Werkudara dililit sangat kuat oleh Naga tersebut , semakin ia melawan semakin
kuat lilitan dari Naga . Kemudian Werkudara teringat oleh kukunya ,
ditancapkanlah kuku pancanaka nya ke tubuh sang Naga , keluarlah darah dari
sang naga , dan naga besar yang melilit Werkudara tewas. Saat di Samudera Werkudara bertemu dengan
Dewa berambut panjang bernama Dewa Ruci . Dewa Ruci berkata bahwa di laut serba
tidak ada, tak ada yang dapat dimakan , tidak ada makanan , tidak ada pakaian ,
semuanya serba sepi , apa yang dicarinya tidak akan ketemu disini . Werkudara
bingung karena Dewa itu hanya sebesar bayi ,dapat berjalan di atas air , dan
tidak memiliki kawan . Dewa Ruci memberikan petuah banyak kepada Werkudara .
Dewa Ruci
memerintahkan Werkudara untuk lebih dekat dengannya dan masuk ke dalam tubuh
Dewa Ruci , melihat tubuh Dewa Ruci yang sangat kecil Werkudara kebingungan mau
masuk lewat mana , lalu Werkudara diperintahkan masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci
melalui telinga kiri .
Saat masuk ke tubuh
Dewa Ruci , Werkudara melihat laut luas , tanpa tepi jauh sekali , Werkudara
tidka tahu mana utara ,selatan , barat dan timur . Werkudara melihat ada 4
macam benda , ada 4 warna yaitu hitam , merah ,kuning dan putih. Sang Dewa Ruci
berkata lagi , cahaya yang pertam akau lihat pancamaya namanya , sesungguhnya
itu ada di dalam hatimu . Di dalam Samudera dan di dalam tubuh Dewa Ruci ,
Werkudara sudah mendapat banyak wejangan dan nasihat serta hakikat-hakikat . Yang
ia cari sudah ada di dalam dirinya sendiri.
Lalu kembalilah Werkudara ke negerinya , ia sudah tahu bahwa Bala Kurawa
penuh dengan Kecurangan.
2.2 Budaya
Jawa yang terdapat di dalam Serat Dewa Ruci
a.
Budaya
Kekerabatan antar saudara.
“Arya Sena matur ing raka ji, lamun arsa
kesah mamrih toya, dening guru pituduhe, Sri Darmaputra ngungun miyarsa aturing
ari, cipta lamun bebaya, Sang Nata mangunkung, dyan Satriya Dananjaya, matur
nembah ing raka sri narapati, punika tan sekeca. Inggih sampun paduka lilani, rayi
tuwan kesahe punika, boten sekeco raose, Nangkula Sadewaku pan umiring
aturireki, warek raka paduka …”
Terjemahan
Arya
Sena berkata kepada Kakanda Raja, bahwa dia akan pergi mencari air, dengan petunjuk
gurunya. Sri Darmaputra heran mendengar kata adiknya, memikirkan mara bahaya,
Sang Raja menjadi berduka. Raden Satriya Dananjaya, berkata sambil menyembah
kepada Kakanda Raja, bahwa itu tidak baik. Sudahlah jangan diizinkan, Adinda
(Wrekudara) itu pergi rasanya tidak baik, Nakula dan Sadewa juga menyetujui kata-kata
Dananjaya…”
Kutipan
diatas menceritakan tentang kasih saying antar saudara , merek merasa sedih
karena keputusan yang diambil werkudara tentang perintah yang diberikan oleh
Druna , padahal tugas itu tidak dapat masuk di akal dan akan membahayakan.
Meskipun Pandhawa ini memiliki berbgaia karakter yang berbeda tetapi tetap
saling mengasihi antar saudaranya . Apabila terjadi sesuatu terhadap salah satu
saudaranya maka yang lain juga dapat merasakan . Seperti dijelaskan di dalam
falsafah Jawa “suruh lemah kurebe bedo yen gineget podo rasane” artinya,
walaupun berbeda tetapi hakikatnya sama (Santoso).
Di
dalam serat Dewa Ruci juga digambarkan bagaimana budaya dan etika orang Jawa
ketika memohon sesuatu , yaitu dengan merendahkan diri nya , seperti pada
kutipan berikut :
“…Sigra Prabu Yudistira Dharmaputra tumengkul
marang kang rayi, Parta Sadewa Nangkula nungkemi pada anangis. Dyan Paancawala
tuwin Sumbadra Srikandhi muwun, smaya nggubel aturnya, miwah Prabu Haarimurti
andrewili pitutur mring Arya Sena....”
Terjemahan
Segera sang Prabu Yudhistira menoleh kepada adinda, Parta
Nakula dan Sadewa menyembah dan mencium kaki sambil menangis. Raden Pancawala
dan Sumbadra Srikandi menangis pula, semua meminta paksa, dan Prabu Harimurti
masih member nasihat kepada Arya Sena.
Kearifan
ajaran Jawa terlihat dalam kutipan di atas. Saat Nakula dan Sadewa
mencobamemohon pada Raden Wrekudara untuk mengurungkan niatnya. Cara yang
dilakukan dengan menangis, menyembah, dan mencium kakinya. Ajaran Jawa tidak
pernah mengajarkan untuk
meminta
dengan memaksa secara kekerasan. Meminta sesuatu harus dilakukan dengan
caracara halus dan terhormat. Sikap yang ditunjukkan oleh Nakula dan Sadewa
merupakan representasi ajaran Jawa.
2.3
Kosmologi
dalam Serat Dewa Ruci
Dasar Kosmologis yang
terdapat dalam serat Dewa Ruci yaitu ata Makrokosmos dan Mikrokosmos. Dimana
Makroskosmos yaitu yang memusatkan Alam pada Allah , Tuhan atau Dewa . Yang
mana di dalam serat ini disebutkan adanya beberapa Dewa , yaitu ada
“…wil
Rukmuka lan Rukmakala wus lampus , ruwat
ing Cintra Kanira , Wil iku Jawata kalih kena ing papa cintraka , Endra Bayu
dinukan Hyang Pramesthi …”
“…Sira
duk mateni buta , iya ingsun padha jawata kalih , keneng cintraka Hyang Guru…”
Dalam kutipan tersebut , ada
peran dari seorang Dewa yaitu Hyang Guru yang menjatuhkan kutukannya terhadap 2
dewa Endra dan Bayu.
“…
peparab sang Dewa Ruci , lir lare dolan , neng udaya Jaladri…”
Ada lagi satu Dewa yang
dikisahkan yaitu kisah Dewa Ruci.
Kepercayaan terhadap berkah dari Dewa
“Ya
yayi muga antuka ,lakunira pitulungan Dewa Di , Arya Sena pamit sampun ,…”
Untuk menjaga alam semesta ini perlu adanya keseimbangan
antara hubungan Vertikal dengan Hubungan Horizontal , dan dalam serat ini masih
digambarkan sebuah hubungan hamba kepada
Dewanya, untuk memasrahkan apa yang sedang diusahakan . jadi masih tergambar
hubungan vertikalnya masih terjaga.
Di dalam Serat ini juga digambarkan tentang
mikrokosmosnya , yaitu tentang adanya pusat-pusat kerjaan sebagai pemerintahan
di Jawa , yaitu ada Negara Ngastina dan Negara Ngamarta. Yang di dalamnya ada
kelompok-kelompok satriya seperti Pandhawa
dan Kurawa.
Tergambarkan tentang gambaran-gambaran ALam
semsta , yaitu ada gunung , samudra , Hutan , Gua , dan sebagainya .Oleh orang
Jawa dianggap sebagai tempat yang terdapat berbagai kesaktian . Tempat untuk
mencari sebuah kasampurnaan Hidup.
“…Tirta nirmala wiseseng
urip..”
“…Drungkarana ing uwkir-wukir ,jroning guwa ing kono nggonira ,tirta nirmala yektine ..”
Disebutkan juga tentang alam triloka yang
kekal.
“…leluwihing
triloka , langgeng ananipun.”
Saat werkudara ada di dalam samudera ia juga
diperlihatkan oleh Dewa Ruci tentang alam yang berbeda, jadi pada serat ini
digambarkan tentang adanya alam yang nyata , dan juga alam yang terdapat di
dalam tubuh Dewa Ruci , yang sebenarnya juga dimiliki oleh manusia (Werkudara).
“Iki
dalam talingan ngong kering ,Wrekudara sigra manjung karna , wus prapteng ing
jero garbane , andulu samodra gung ,tanpa tepi nglangut lumaris , ngliyek doh
katingal ,…”
Didalam tubuh dewa
Ruci tergambarkan adanya Samudra yang sangat luas tak terbatas ,yang jauh tak
telihat.
Di Alam dunia ini isinya sudah lengkap ada 3
hal , yaitu pendorong segala langkah , bila dapat memisahkan tentu dapat
menyatu dengan alam gaib , itu adalah
musuh pendeta, hati yang tiga (curang) , hitam merah kuning semua ,
menghalamngi pikiran dan kehendakyanga abadi .
Terdapat alam kutipan :
“…Pan
isine jagad mepeki , iya ati kang telung perkara …”
“…Kabeh
iya isining bumi ginambar aneng sira , lawan jagad gung jagad cilik , tan
prabeda ,purwa ana lor kidul …”
“Miwah
ireng abang kuning putih ,iya panguripe kang buwana ,jagad cilik ,jagad gedhe
,pan padha isinipun …”
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di
dalam kebudayan Jawa terdapat banyak sekali karya sastra-karya sastra , yang
mana didalamnya memuat banyak piwulang
dan ajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan jaman modern ini .
Salah
satu karya sastra yang banyak mengandung piwulang adalah Serat Dewa Ruci , yang
didalamnya terdapat budaya-budaya jawa. Masyarakat Jawa sendiri merupakan
masyarakat yang hubungannya dengan alam sangat kental , sehingga dulu pernah
ada kepercayaan Animisme dan dinamisme . Di Alam seperti Gunung , Samudra , Gua
, dan Hutan –hutan dianggap sebagai tempat tersimpannya sesuatu yang membawa
kebaikan dan kesaktian yang akan membuat manusia mencapai kasampurnaan dalam
hidup .Selain itu juga kehidupan manusia itu dikelilingi oleh makrokosmos dan
mikrokosmos yang memusatkan alam dan kehidupan kepada Tuhan , dan alam sekitar
. Perlu dijaganya keseimbangan diantara keduanya ,
B. Saran
Kita
sebagai manusia sebaiknya melihat sesuatu dari berbagai sisi , tidak dengan
mudah mengambi sebuah kesimpulan , seperti kepercayaan masyarakat terhadap
fenomena-fenomena alam yang akan membawa terhadap keberkahan , atau
kesengsaraan , dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang dari ajaran ajaran
modern ini. Daripada kita sibu salah-menyalahkan tentang kepercayaan dan budaya
kita bias lebih memilih untuk memeikirkan dan merenungkan setiap makna dan
ajaran yang terdapat di dalam fenomena atausesuatu yang diyakini oleh
masyarakat Jawa.
Daftar Pustaka
Zaprulkhan, 2012, Filsafat
Umum Sebuah Pendekatan Tematik ,
Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Abidin ,Zainal , 2011, Pengantar Filsafat Barat, Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.
Dumadi ,Janmo , 2011, “Mikul Dhuwur Mendhem Jero”Menyelami Falsafah dan Kosmologi Jawa,Yogyakarta
: Pura Pustaka Yogyakarta.
Wibawa ,Sutrisna, 2013 ,Filsafat Jawa , Yogyakarta : UNY PRESS.
Suprayitno,Edi
,2017 ,Revitalisasi Nilai Kekerabatan
Budaya Jawa dalam Naskah Serat Dewa Ruci Karanagan R.NG Yasadipura I , Jurnal
KATA :
Vol. 1 No. 1 Mei 2017
Abdullah,Ciptoprawiro
, 1986,Filsafat Jawa, Jakarta : Balai
Pustaka .
Katsof ,Louis O.,2004
,Pengantar Filsafat ,terjemahan dari Elements of Philosophy oleh Soejono Soemargono
, Yogyakarta : Tiara Wacana
Serat Dewa Ruci
kidung dari bentuk kakawin Pujangga Surakarta.